Rabu, 21 Desember 2011


PELEBON GUSTI MANGKU ISTRI AGENG

PURA SAMUANTIGA DI TENGAH SAWAH

PROSESI UPACARA PELEBON/ BASANYA DILAKSANAKAN DI TANAH KUBURAN/ NAMUN DI DESA BEDULU UPACARA PEMBAKARAN JENAZAH GUSTI MANGKU ISTRI AGENG PURA SAMUANTIGA BDEULU/ KECAMATAN BLAHBATUH GIANYAR/ JUSTRU DILAKSANAKAN DI AREAL PERSAWAHAN MILIK PURA// AKIBATNYA RATUSAN PENGUSUNG PETULANGAN BERUPA LEMBU PUTIH DAN PADMA/ SEBAGAI SARANA UPACARA HARUS TERTATIH-TATIH MENUJU LOKASI UPACARA YANG BERLUMPUR//

............................................

UPACARA PEMBAKARAN JENAZAH BAGI MASYARAKAT HINDU DI BALI/ LAZIMNYA DILAKSANAKAN DI LOKASI KUBURAN// HANYA UPACARA PELEBON BAGI PENDETA ATAU SULINGGIH YANG TELAH MELAKSANAKAN PROSESI UPACARA TERTENTU/ UPACARA PEMKABARAN JENAZAHNYA DILAKUKAN DI KAWASAN SUCI/ DI LUAR DAERAH KUBURAN UMUM//

SEPERTI YANG UPACARA PEMBAKARAN JENAZAH GUSTI MANGKU ISTRI AGENG PURA SAMUANTIGA/ RABU KEMARIN/ UPACARA PEMKABARAN JENAZAH GUSTI MANGKU ISTRI AGENG PURA KAHYANGAN JAGAT ITU/ DILAKSANAKAN DI LUAR WILAYAH KUBURAN DENGAN MEMANFAATKAN AREAL PERSAWAHAN/ PELABA PURA//

MENURUT SEKRETARIS PHDI BALI/ I GUSTI NGURAH MADE YANG MENGHADIRI PROSESI PELEBON/ PELAKSANAAN PELEBON DI AREAL PERSWAHAN ITU DIMAKSUDKAN UNTUK MEJAGA KESUCIN LOKASI PEMKABARAN JENAZAH/ SEHINGGA PROSESI RITUAL ITU BERLANGSUNG KHIDMAT DAN KHUSYUK// HAL INI JUGA DIDASARI KESEPAKATAN WARGA SETEMPAT DAN KELUARGA//

-----------------------VO------------------------

DIPILIHNYA AREAL PERSAWAHAN SEBAGAI LOKASI PELEBON/ MEMBUAT PROSESI BERLANGSUNG TERKENDALA// SELAIN PENGUSUNG PETULANGAN BERUPA LEMBU PUTIH DAN PADMA/ KESULITAN JALAN MENUJU LOKASI UPACARA SULIT DILALUI// SEDANGKAN WARGA YANG HADIR DALAM UPACARA PITRA YADNYA IT PENUH LUMPUR KARENA HARUS MELALUI AREAL PERSAWAHAN// DEMIKIAN JUGA DENGAN SEJUMLAH WISATAWAN YANG MENYAKSIKAN PROSESI UNIK ITU/ HARUS MELALUI PERSAWAHAN BERLUMPUR//

Rabu, 14 Desember 2011

ROBIN LIM
BIDANKU PAHLAWAN DUNIA

Tingginya angka kematian ibu dan bayi saat dalam proses persalinan, membuat seorang bidang asing berkewarganegaraan Amerika Serikat, Robin Lim, membangun klinik bersalin gratis. Dengan membuat yayasan Bumi Sehat, Ibu Robin demikian disapa akrab, bidan keturunan Philifina itu di tahun 1995, membangun klinik bersalin di desa Nyuh Kuning Ubud, Bali. Keberhasilannya membantu warga melahirkan secara cuma-cuma, Ibu Robin mengembangkan aktifitas kemanusiannya itu dengan membangun klinik serupa di sebuah desa di Nangro Aceh Darussalam (NAD).
Selain keluargaku sudah dibantu secara tulus iklas, puluhan ribu ibu melahirkan telah dibantu secara cuma-cuma setiap tahunnya. Dengan menerapkan proses kelahiran alami, Ibu Robin tidak canggung melibatkan dukun tradisional jika dikehendaki pasiennya.
Klinik yang merintis sistim persalinan dengan media air atau waterbirth, dan kini telah diterapkan sejumlah rumah bersalin terkemuka, dalam setiap proses persalinan selalu diawali dengan doa-doa sesuai keyakinan pasien. perawatan bayi pasca kelahiranpun, diterapkan dengan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan minimal. Bidan yang merintis desa bebas sampah plastik di Ubud dan sekitarnya ini, dikenal sangat akrab dengan tetangganya di desa Nyuh Kuning serta sangat dekat dengan setiap pasiennya, terutama anak-anaknya. Ibu dari empat anak kandung dan beberapa orang cucu ini juga memiliki sejumlah anak angkat, yang senantiasa menemaninya untuk berjalan-jalan di sekitar rumahnya atau menalani hobinya bertanam aneka kebutuhan dapur sehari-harinya.
Aktifitas Robin Lim itu tidak hanya disambut warga lokal, stasiun televisi dunia, CNN, memilihnya sebagai salah satu orang dari 10 orang yang dinobatkan sebagai PEMENANG  The Heroes CNN 2011. Penunjukannya itu diputuskan setelah melalui penjaringan dan penyaringan ketat dari 400 duta dari seluruh dunia.
Berkat kegigihannya dalam kegiatan sosial kemanusiaan itu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama memberi apresiasi positif.  Presiden negara Adidaya itu secara khusus mengundang Robin Lim ke hotelnya di Nusa Dua Badung, untuk bertemu disela-sela kesibukan Obama mengikuti KTT ASEAN yang berlangsung November 2011 lalu di Bali.

WISNU PUTRA KORBAN RABIES DI UJUNG 2011


KORBAN KEMATIAN AKIBAT RABIES KEMBALI MEWARNAI GIANAYR// ANAK AGUNG GEDE WISNU PUTRA, 18 TAHUN/ SISWA KELAS DUA SMK PGRI PAYANGAN/ YANG DIGIGIT ANJING PELIHARAANNYA ENAM BULAN SILAM/ TANGGAL 10 DESEMBER AKHIRNYA MENINGGAL DUNIA// KORBAN YANG MENGALAMI SESAK NAFAS DAN NYERI TULANG MENJELANG HAYATNYA/ SEMPAT DILARIKAN KE RSU ARI SANTI MAS/ MENGEMBUSKAN NAFAS TERAKHIRNYA SETELAH DIRAWAT DUA JAM DI RSUP SANGLAH// .......................... 
KEMATIAN ANAK AGUNG PUTRA WISNU AKIBAT VIRUS RABIES SETELAH DIGIGIT ANJING PELIHARAANNYA/ MENYISAKAN DUKA MENDALAM DAN PENYESALAN PIHAK KELUARGANYA// RATUSAN WARGA BERSAMA REKAN ALMARHUM YANG MENGHADIRI PROSESI MEMANDIKAN JENAZAH DI RUMAH DUKA/ BANJAR BADUNG KECAMATAN PAYANGAN GIANYAR/ MENGAKU SANGAT SEDIH ATAS KEMATIAN ALMARHUM YANG DIKENAL CEPAT AKRAB DAN PENYABAR ITU// SEHINGGA TANPA DISADARI BEBERAPA TEMAN ALMARHUM SEMPATY MENANGISI KEPERGIAN KORBAN YANG TAK PERNAH DIDUGANYA ITU// MENURUT KAKAK KORBAN/ ANAK AGUNG NGURAH SURYANA/ ADIKNYA YANG PENYAYANG BINATANG ITU/ TIDAK DIDUGANYA AKAN MENINGGALKAN KELUARGA SECEPAT ITU// APALAGI KEMATIAN ADIK SATU-SATUNYA ITU/ MENGALAMI NASIB TRAGIS AKIBAT ANJING PELIHARAANNYA// SEHINGGA SAAT DIGIGIT ENAM BULAN SILAM/ PIHAK KELUARGANYA TAK MENGKAWATIRKAN AKIBAT GIGITAN ANJING YANG AKHIRNYA MATI MENDADAK SEMINGGU SELANJUTNYA// SETELAH MENJALANI PROSESI MEMANDIKAN JENAZAH ALMARHUM/ AGUNG SURYANA MENGAKUI JENAZAH ADIKNYA DILANJUT DENGAN UPACARA PEMBAKARAN JENAZAHNYA ATAU NGABEN/ YANG DIRENCAKAN AKAN BERLANGSUNG 27 DESEMBER TAHUN INI//

Minggu, 11 Desember 2011


Saksi Bisu Keindahan Hidup Bersama Masa Silam
Pura Samuan Tiga adalah sebuah bangunan pemujaan bagi pemeluk agama Hindu di Bali. Bangunan tersebut terletak di Desa Bedulu, Gianyar, yang telah berdiri sejak masa-masa prasejarah. Hakekatnya, pura ini berfungsi sebagai salah satu media pemujaan kepada kekuatan alam dan nenek moyang.
Dalam Lontar (kitab Suci Weda) Tatwa Siwa Purana dalam lembar 11 menyebutkan, “Dan lagi semasa pemerintahan beliau Prabu Candrasangka (Candrabhayasingha Warmadewa) membangun pura, antara lain Penataran Sasih dan Samuan Tiga.”
Pada saat-saat tertentu diadakan upacara-upacara ritual di Pura Samuan Tiga. Di antara rangkaian ritual tersebut, umumnya dipertunjukkan beberapa tarian, di antaranya; Nampyog Nganten, Siat Sampian, Sanghyang Jaran Menginjak Bara, Mapelengkungan, Siat Pajeng, Pendet dan Bale Pegat untuk menghilangkan berbagai ketidaksucian atau leteh. Pada saat piodalan (semacam upacara syukuran), selalu diadakan suatu ritual agama yang sangat menarik dan unik yang disebut ritual “Mesiat Sampian“. Keunikan ritual ini bisa dilihat pada piodalan Pura Samuan Tiga pada waktu Purnama Jehsta (Kesebelas).
Menurut catatan sejarah, Pura Samuan Tiga dibangun pada Abad X dalam rangka penerapan konsepsi keagamaan pada masa silam. Saat itu, setiap kerajaan harus memiliki tiga pura utama. Untuk maksud tersebut, dibangunlah Pura Gunung, dalam hal ini Pura Tirte Empul di Manukaya Tampaksiring, Pura Penataran yang berada di pusat kerajaan yang tidak lain adalah Pura Samuan Tiga, dan yang ketiga Pura Segara.
Samuan Tiga sebagai Refleksi Kebersamaan
Pusat Pemerintahan di masa Bali Kuna berada di sekitar Desa Bedulu. Bukti sejarah menunjukkan Bedulu sebagai lokasi penting kerajaan dengan ditemukannya peninggalan arkeologi di desa tersebut. Di sinilah Pura Samuan Tiga berdiri kokoh hingga kini. Secara etimologi, kata Samuan Tiga merupakan gabungan dari kata Samuhan dengan kata Samuh yang mempunyai arti pertemuan, musyawarah dan rapat. Tiga yang berarti pada saat itu dihadiri oleh tiga pihak, jadi Samuan Tiga adalah pertemuan yang dihadiri oleh tiga pihak atau tiga kelompok.
Pada Lontar Dewa Purana Bangsul juga menyebutkan ”Pada masa itu ada lagi, Kahyangan (tempat suci) yang bernama Kahyangan Samuan Tiga sebagai tempat para Dewa-Dewata, Bahatar-Bhatari dan bagi para Resi (pendeta) yang seluruhnya mengikuti musyawarah pada masa itu.” Hingga saat ini bernama Pura Samuan Tiga.
Dari Lontar tersebut menunjukan, pemberian nama Samuan Tiga terkait dengan adanya suatu peristiwa penting yakni penerapan sistim musyawarah di antara tokoh-tokoh masyarakat yang berkaitan dengan pemerintahan pada masa Bali Kuna. Pada masa itu, kerajaan dipimpin oleh pasangan suami-istri Udayana Warmadewa dan Gunapryadarmapatni (989–1011 M). Dalam sebuah pertemuan kerajaan dicapai suatu kesepakatan untuk menerapkan konsep Tri Murti pertama kalinya, yakni dengan terbentuknya pola Desa Pakraman dengan Kahyangan Tiga. Kesepakatan itu diambil melalui suatu musyawarah tokoh-tokoh agama Hindu di Bali. Keberhasilan pertemuan ini tidak lepas dari peran Mpu Kuturan sebagai Pemimpin Lembaga bernama Majelis Permusyawaratan Paripurna Kerajaan.
Perlu dikemukakan juga bahwa pada masa itu sedang terjadi pertikaian antar sekte keagamaan di masyarakat Bali Kuna. Siwa Sidanta merupakan sekte yang sangat dominan. Perselisihan dipicu oleh klaim masing-masing sekte yang mengatakan bahwa dewa-dewa tertentu yang mereka puja sebagai dewa utama dengan simbol tertentu pula. Masing-masing penganut sekte itu beranggapan dan berkeyakinan bahwa dewa utama merekalah yang paling utama sedangkan yang lain lebih rendah.
Berkembangnya keyakinan yang bersifat sektarian itu dipandang berpotensi memunculkan ketegangan dan konflik dalam kehidupan sosial keagamaan. Untuk mengantisipasi konflik ini terus berlanjut, Mpu Kuturan memperkenalkan konsep Tri Murti dalam menyatukan semua sekte, dimana hanya ada tiga dewa utama yaitu; Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Konsep ini selanjutnya diterapkan dalam pola Desa Pakraman dengan pendirian Pura Kahyangan Tiga (Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem) pada setiap desa. Bagi setiap keluarga diterapkan pembangunan Sanggah Kemulan Rong.
Pola pembangunan tiga pura di setiap desa ini kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial keagamaan bagi masyarakat Bali hingga hari ini, baik di Pulai Bali maupun di banyak tempat lain di tanah air. (net)

tangkal global warming, manfaatkan tiap jengkal lahan

Kamis, 27 Januari 2011